24 December 2006

















Sebuah Karya
Yusuf Fansuri
PELURU:MATA NAGA
- Sungai Rejang

Sayup jauh pandang
Lingkar lebar bagai ular
Hijau rimbun pohon-pohon liar
Jadi pagar-pagar lindungan
Dari tangan-tangan durjana

Nafasmu sepi tenang
Alir arus deras keras
Tebingmu gah tabah
Utuh pertahan hakis
Atas nama pembangunan

Nun jauh
Dasarmu penuh debar
Kulihat mata naga
Merah menyala

Air mata aku mengalir
Kutinggalmu saat ingin
Cuba belajar dewasa
Tika wajah Sibu
Semakin tua!














Sebuah Karya
Yusuf Fansuri
PELURU:MATAHARI BERADU

Cahaya jingga bening
Antara awan gelap malam
Bintang neon mula berkerlip

Sungai Rejang tenang sepi
Sunyi dan penuh misteri
Dasarnya mengalir
Deras

Membawa kelodak sejarah
Dilupakan bangsa mudah
Burung layang-layang hitam
Berkicau lagu sendu syahdu

Mengiringi matahari beradu
Di sebalik konkrit Sanyan tinggi
Bangsa aku tidur

Lewat senja Panjang!

16 December 2006





















Sebuah Sajak
Yusuf Fansuri

PELURU: METRO 69

i.

dunia belari
mengejar aku mendaki waktu
tanpa peduli arah tuju

panas bahang mengejek
pekat udara
dada menghimpit suasana

ini kota
mesin mencetak harta
manusia

ii.
malam dipulas neon
mabuk makna dan wanita

ada yang sengaja mengoda nafsu
ada yang sengaja mencuba meluru

asap merayap di seluruh muka
pendingin sejuk minta dipeluk diraba

berahi muda berada di puncak jemala
wajah siang mudah dilupa malam lebih ayu jelita

bisnes dicagar di meja kaca, esok harap dapat dibayar
bingit irama muzik bergenta santap halwa peneman setia

dinihari mengetuk pintu pagi

iii

tiga pagi
katil memekik minta ditiduri
selimut menjerit minta digauli

tempat melabuh mimpi
tenggelam
sofa kerusi

iv.

kubuka pintu CRV menyapa
dahaga
harga gas rasa berjuta
gaji sara ibarat tuba
bonus menangis
faedah tinggi ketawa

v.
di pejabat
di tuntut aku ceti koporat

manusia subur oleh materi
untung raja segala-galanya

manusia memuji manusia
untuk pangkat sehasta

manusia mengeji manusia
untuk darjat sedepa

hutang tugas aku
memang tak akan selesai.

vi.

ini metro
tanpa warga
mati
jam berdetik masih
digit merangkak setiap saat
belum
mati

vii.

HIDUP dan METRO
ibarat angka
69

16 November 2006



sebuah sajak Yusuf Fansuri
PELURU: EVOLUSI
apologi kepada Penagunung


mati jiwa
mati bangsa
mati bahasa
bahasa mati
bangsa mati
jiwa mati!

12 November 2006



Sebuah sajak Yusuf Fansuri
PELURU: MAIN API

bermain api, seringkali

seringkali, terbakar diri

tak pernah ngeri, seringkali




SEBUAH SAJAK YUSUF FANSURI

PELURU BAHASA: BALADA SEPOHON LONTAR TUA

- ode prakongres bahasa dan persuratan melayu VII

Dan turunlah pejuang-pejuang

Menunggang pelbagai kendara

Menuju ke sebuah negeri bahasa

Yang khabarnya diserang garuda

Lengkap dengan pakaian laskar

Lengkap dengan kebal senjata

Lengkap dengan seorang panglima

Berkatalah peneraju soldadu

Perang maha besar bisa melanda

Akan ditakluk ini negara tercinta

Oleh penjajah talam dua muka

Ini medan psikologi minda

Tak guna ditangisi yang terjadi

Kemerdekaan hanyalah retorika

Kerana jiwa bangsa segala

Tergadai maruahnya sudah

Dan berkata lagi sang pewira

Selamanya kita tertipu oleh dusta

Sang Penguasa bertopeng mulia

Rupa-rupanya seekor rubah sadis

Yang laparkan takhta dan harta

Wahai, umat pencinta!

Bersaksilah kita di bawah perdu lontar tua

Bahawa perjuangan lebih menuntut tindak

Dan bukan omong kosong yang sia-sia

Marilah belajar dari peristiwa lalu

Desak dan gertak massa lebih gerun

Kerana politik tidak bisa melangkau

Suara dan kepentingan jelata rakyat!

Tanggalkan topeng hipokrit dari muka

Berpaling arah pancangkan semangat

Berpeluk tubuh usah, mari lakar sejarah

Bangkitnya sebuah bangsa berjaya

Tanpa tumpah darah dan nyawa!

04 October 2006





















Sebuah Sajak yusuf Fansuri
PELURU:HUJAN KEMATIAN

Pagi bangun
Jam berdetik
Peluru berdesing
Di dada tembok
Palestina
Teriak dan jerit
Bertingkah tangis

Anak-anak kecil berlari
Mencari dicelah-celah mayat
Bergelimpangan
Kelibat izrail

Hujan bom
Jatuh
Jatuh
Jatuh
Boom! Boom! Boom

O tuhan, ini perang
Raja segala kemusnahan

Atas nama Tuhan, nyawa manusia
Nilai sekadar taruhan judi
Para pemimpin Pertubuhan Binasa Bunuh!












Sebuah Sajak Yusuf Fansuri
PELURU: KANDANG TUDUH

Tatkala bergegar bumi Madrid
Nafas aman menghela debar,
hati-hati
Tumbangnya WTC di tebing Amerika
Berterbangan debu-debu dendam,
berserakan
Bergolak Bali jadi gejolak bakar api
Asap curiga jadi hitam awan bala,
murung
Angka 7 jadi angkara bom jangka
London kecamuk jadi tohmah dusta,
hasutan
Palestina tetap jadi darah merah
Manusia jadi haiwan jadah haram,
Zionis
Berbondong-bondong peluru di udara
Fitnah jadi lidah massa paling tajam,
dunia
Maka mengadili sang hanuman gila
Menuduh bulan mengambang jauh,
penuh
Panji-panji hijau megah berkibar tetap
Damai masih bersinar di kandang
tuduh!

08 July 2006




Sebuah Sajak Yusuf Fansuri
PELURU:SEPANTAS KILAT
Untukmu O Palestina


Sepantas kilat, peluru bersayap
Membenam hinggap dalam merah
Darah pancut menyiram putih jubah
Lemah terkulai menyembah tanah

Malaikat mampu menabur hanya
Wangi syurga di tubuh sekujur
Kaku dibungkus debu-debu

Tangisan jadi desing menikam
Alam pun luka diguris sengketa
Raung seorang ibu tenggelam
Tanpa henti das tembakan bertubi

Jadi butir-butir tembok kaku
Hujan kering runcing bertaburan
Sunyi digegar guruh kebal besi

Palestina keliru berabad-abad
Ditunggu damai tak kunjung tiba
Pisau sangsi semakin tajam tatkala
Nyawa hanya bernilai peluru sebiji!

Sebuah Sajak Yusuf Fansuri
PELURU: METROPALESTIN


udara berdesing di awan
peluru bersayap hinggap
di dahan-dahan angin

debudarah menjalar akar
hering menjelir lidah elang
menunggu habuan mangsa

ini metropalestin...
dindingnya dari kulit manusia
pasaknya dari tulang manusia

bedil molotov adalah percik bunga pesta
letup periuk api adalah neon warna
jeritan asing adalah lagu larut malam

inilah metropalestin...
sebuah kota dari ngeri mimpi yahudi
sebuah kota berwajah hewan zion
sebuah kota berjiwa setan terlaknat tuhan














sebuah puisi Yusuf Fansuri
PELURU DIAM


i)
MEMILIH DIAM

Tika sunyi menjerit
memilih diam,
aduh! Sukarnya.

Tika amarah melengking
memilih diam,
aduh! Sukarnya.

Tika belajar ingin
memilih diam,
aduh! Sukarnya.

ii)

MEMILIH UNTUK DIAM
-Suara bisu sunyi nyanyi


tika nyaring suara tersekat di halkum
menyata tentang berita kebenaran
bisu menjahit bibir , kata terkunci mati
O sukarnya memilih untuk sahaja diam!

iii)
DIAM


Diam

Senjata
Tajam
Menyembelih
Leher
Kata

Bisu
Bernyawa!

06 May 2006













peluru: pesona
sebuah puisi yusuf fansuri


menatap wajahmu
dalam larut usia
terpancar pesona

sanggul anggun
rambut mengikat

bibir nipis
manis menggulum

mata bercahaya
debar niskala

O cinta...
Padam tak bisa
matahari menyala!

17 January 2006

Sebuah puisi Yusuf Fansuri
PELURU: RADAR

HIDUP adalah
air
terjun
hanyut di arus,
kitalah
berenang merentas
kekosongan
mencari
sesuatu
dan
hilang
entah ke mana….

Adakah kita telah menemui-Nya?

Kitalah ingin rasa bermain
seringkali
kitalah jua enggan meneruskan sanggup.
Kitalah ingin memilih permainan
seringkali
kitalah jua enggan menerima erti kalah.

Radar
nun di langit tinggi
jika hilang ketimbang fikir
bebaskan jiwamu
bebas
bebaskan ruhmu
bebas
ganjarnya adalah keabadian!

Air terjun
adalah HIDUP
kitalah penghirup
air sungai-Nya.

16 January 2006


sebuah sajak Yusuf Fansuri
PELURU: PROPAGANDA
menembusi peluru
terus membenam
di ulu kalbu
tersembur darah
dari tubuh merah
urat derai berkecai
badan ini mati
hayat disiat
racun propaganda




08 January 2006


Sebuah sajak Yusuf Fansuri
PELURU: PRISMA


O Kekasih…
Mencintaimu
Segalanya
Tubuh jadi kontang
Menahan tak terdaya
Desak seni naluri

O tuhan…
Harus mengapa cuba dusta
Tatkala hati banjir
Tenggelam aku
Di dasar tanpa tepian

O tuhan…
Harus mengapa cuba berkata
Jangan berfikir untuk mudah
Air tak bisa padam api cinta

O kekasih
Tak akan lepaskan kamu (aku)
Meski anjing menyalak tubuh
Menghasut biarkan kamu (aku) berlalu!

06 January 2006

Sebuah sajak Yusuf Fansuri
PELURU(PENABUR)

das tembak
muntah
di lobang besi
pantas
m
e
l
u
n
c
u
r
mengoyak
daging angin
BERDARAH!
Aku
kejar
peluru
tubuh
aku
bernyawa masih!

04 January 2006

sebuah sajak Yusuf Fansuri
PELURU: LOBANG
untuk sajak-sajak noir zach

dalam peluru
ada lobang
peluru berlobang

peluru membunuh debu


peluru berlobang
ada lobang
dalam peluru


sebuah sajak Yusuf Fansuri
PELURU HANTU
- Untuk Zacharia Abdulmanan

bisa racun peluru hantu
penawar jadi mujarab obat
mati tak mudah meski terbunuh berkali
terus sang elang terbang melayang
menerjah puncak tinggi awam
menyembah patuh raja WALI !